Menu
Runtuhnya Gold’s Gym: Udah Gak Punya Etika!? Brand Gede Bukan Jaminan

Runtuhnya Gold’s Gym: Udah Gak Punya Etika!? Brand Gede Bukan Jaminan

Tom MC Ifle

94,444 views 3 months ago

Video Summary

Fasilitas kebugaran ini dilaporkan menutup sejumlah cabangnya di Jakarta mulai 30 Juni 2025. Meskipun ada kabar penutupan, mereka masih menjual keanggotaan, yang menimbulkan kebingungan. Fokus utama adalah pada tanggung jawab terhadap karyawan, seperti gaji dan komisi yang belum dibayar, serta nasib anggota yang haknya hilang.

Dalam kasus ini, terlihat ada masalah internal yang signifikan, termasuk keterlambatan pembayaran gaji karyawan selama 3 bulan dan hilangnya komisi selama 2 bulan. Hal ini diperparah dengan klaim keuntungan 4 hingga 8 miliar dari penjualan keanggotaan di tengah penutupan. Sikap manajemen yang apatis, seperti tidak membalas pesan atau telepon, menambah kekecewaan.

Penutupan ini menunjukkan kegagalan dalam memahami pasar Indonesia, di mana olahraga tidak hanya gaya hidup kelas atas tetapi juga kebutuhan yang terjangkau dan mudah diakses. Kurangnya intelijen pasar dan kegagalan beradaptasi dengan tren olahraga luar ruangan yang populer, ditambah dengan biaya operasional yang tinggi dan masalah regulasi, menjadi faktor utama kejatuhan bisnis ini.

Short Highlights

  • Sejumlah cabang gym di Jakarta dilaporkan akan tutup mulai 30 Juni 2025.
  • Karyawan mengalami penunggakan gaji selama 3 bulan dan hilangnya komisi selama 2 bulan, serta ketidakjelasan BPJS.
  • Ribuan anggota merasa hak mereka hilang setelah penutupan mendadak, sementara gym dikabarkan masih menjual keanggotaan.
  • Bisnis ini diduga meraup keuntungan 4 hingga 8 miliar dari penjualan keanggotaan di tengah penutupan.
  • Penutupan ini disebabkan oleh kegagalan dalam segmentasi pasar, kurangnya intelijen pasar, masalah operasional internal, dan ketidaksesuaian dengan regulasi dan tren pasar Indonesia.

Key Details

Industri Kebugaran dan Perubahan Tren [1:05]

  • Pandemi meningkatkan kesadaran kolektif akan pentingnya olahraga, bukan hanya sebagai hobi tetapi sebagai kebutuhan.
  • Industri kebugaran menjadi salah satu yang tercepat bangkit dan bertumbuh pasca-pandemi, menunjukkan momentum positif.
  • Munculnya berbagai tempat gym, dari hotel bintang lima hingga ruko, menandakan pertumbuhan pesat, dengan perkiraan peningkatan jumlah gym 2-5 kali lipat sejak 2019.
  • Tren nge-gym memicu munculnya startup fitness, trainer online, brand suplemen, dan kelas-kelas kebugaran seperti pilates dan zumba, menciptakan perputaran ekonomi baru.
  • Industri kebugaran Indonesia diprediksi menyentuh angka hampir 200 juta US Dollar, didorong oleh kebutuhan kelas menengah akan olahraga yang accessible.
  • Gym kini menjadi bagian dari branding Urban Lifestyle dan menarik minat generasi muda, meskipun motivasi mereka tidak selalu hanya untuk hidup sehat.
  • Profesi personal trainer menjadi lebih keren, bodybuilder mendapatkan kesempatan, dan waralaba gym asing mulai masuk ke Indonesia sebagai simbol aktualisasi diri.
  • Olahraga menjadi ekosistem baru untuk mencari koneksi dan kongsi.

Meskipun terlihat gemilang, semua bisnis, termasuk gym, bisa jadi mahal investasinya dan rawan, dengan banyak yang besar di luar namun rapuh di dalam. Bisnis ini terlihat kuat di citra namun sering lemah di struktur, terbukti banyak raksasa mulai kehilangan pijakannya dalam 5-6 tahun.

Kasus Penutupan Gold Gym [4:01]

  • Gold Gym, sebuah tempat fitness legendaris yang dianggap pionir premium fitness pertama di Indonesia, dikabarkan akan menutup sejumlah cabangnya di Jakarta mulai 30 Juni 2025.
  • Gold Gym memiliki sejarah panjang sejak tahun 60-an di Amerika dan telah berekspansi ke lebih dari 30 negara dengan estimasi 750 lokasi.
  • Di Indonesia, Gold Gym sudah eksis sejak tahun 2007 dan dianggap lebih dari sekadar tempat olahraga, tetapi juga rumah kedua dan tempat bersosialisasi.
  • Penutupan dilakukan secara tiba-tiba di beberapa lokasi seperti Bintaro, BSD, Baywalk, Ciputra World, dan Citos, tanpa pemberitahuan yang memadai.
  • Manajemen diduga melakukan silent treatment, tidak memberikan tanggapan yang jelas kepada anggota yang merasa hak mereka hilang.
  • Ribuan anggota yang terdaftar dicampakkan begitu saja, hak-hak mereka hilang tanpa ada ganti rugi.
  • Kabarnya, cara ini membuat Gold Gym untung antara 4 hingga 8 miliar rupiah dari penjualan keanggotaan.
  • Pesan dari manajemen hanya memberikan clue bahwa mereka tutup sementara dan sedang dalam proses transisi kepemilikan ke UFC Gym.

Tanpa aba-aba, Gold Gym menutup cabang-cabangnya secara tiba-tiba.

Masalah Internal dan Kesejahteraan Karyawan [6:32]

  • Kasus ini ternyata melibatkan masalah internal yang cukup serius di Gold Gym.
  • Semua tingkatan karyawan, mulai dari personal trainer, staf, resepsionis, hingga tim cleaning, terdampak.
  • Gaji karyawan dilaporkan tidak dibayar selama 3 bulan, dan komisi trainer hilang selama 2 bulan.
  • Terdapat ketidakjelasan mengenai setoran iuran BPJS.
  • Beberapa karyawan dilaporkan diminta untuk tetap bekerja dengan janji akan digaji jika ada pendapatan.
  • Beberapa tempat gym bahkan disanggah oleh pemilik karena tidak mampu membayar uang sewa.

Kalau ada tempat profesional pakai pikiran manajemennya enggak waras gini, kok bisa ada orang kerja untuk keluarga dikasih janji surga model begini.

Analisis Kegagalan Gold Gym [8:46]

  • Segmentasi Pasar yang Salah: Gold Gym membidik segmen premium dengan fasilitas mewah dan lokasi eksklusif, namun melupakan bahwa olahraga di Indonesia dibutuhkan oleh semua kalangan, tidak hanya kelas atas. Kompetitor lokal yang mengerti realitas pasar dengan menawarkan harga terjangkau dan aksesibilitas yang lebih baik justru sukses.
  • Kurangnya Market Intelligence: Mereka tidak peka terhadap perubahan selera pasar. Studi menunjukkan 90% responden menyukai olahraga luar ruangan seperti lari, sepeda, dan hiking karena fleksibel dan murah, sementara Gold Gym tetap pada konsep mahal, banyak aturan, dan lokasi fancy.
  • Operasional Internal yang Berantakan: Terjadi penunggakan gaji karyawan, hilangnya komisi trainer, dan ketidakjelasan iuran BPJS. Tindakan menjual membership flash sale padahal sudah tahu akan tutup menunjukkan kemiskinan etika.
  • Tidak Update dengan Regulasi: Di Jakarta, gym dianggap sebagai bagian dari hiburan dan dikenakan pajak 10%. Biaya operasional yang tinggi dari sewa tempat di mall premium, ditambah cash flow yang hanya bergantung pada member tahunan, membuat bisnis ini sulit kembali modal.
  • Kesombongan Merek: Gold Gym dianggap terlalu sibuk dengan citra mereknya hingga lupa membaca arah angin perubahan pasar di Indonesia yang berbeda dengan Amerika Serikat.

Indonesia ini bukan Amerika. Kita ini negeri anomali di mana tren bisa berubah dalam waktu yang singkat. Dan yang paling penting, enggak semua orang mau bayar mahal cuma buat lari dari atas treadmill.

Solusi dan Adaptasi yang Terlewat [11:15]

  • Solusi yang terlewat meliputi membuka cabang yang lebih inklusif, masuk ke segmen menengah, dan menggabungkan gym indoor dengan komunitas outdoor.
  • Menyediakan opsi membership yang lebih fleksibel dan menambahkan kelas-kelas di taman atau program bulanan di Car Free Day dapat menjadi langkah adaptif.
  • Namun, langkah-langkah tersebut tidak dilakukan, yang berujung pada tumbangnya satu per satu cabang gym tersebut.

Runtuhnya Gold Gym ini kisah klasik tentang kesombongan brand besar. Ada satu hal yang mereka lupa.

Other People Also See